GULA
A.
PENGERTIAN GULA
Gula
adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk Kristal
sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan
makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa(yang diproduksi dari
sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam),menyimpan energi yang akan digunakan
oleh sel.
Gula
sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, dan aren. Meskipun
demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa.
Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung,
juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa.
Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan
pemurnian melalui distilasi (penyulingan).
Beberapa
gula misalnya glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa,dan laktosa mempunyai sifat
fisik dan kimia yang berbeda-beda misalnya dalam hal rasa manisnya, kelarutan
didalam air, daya pembentukan karamel jika dipanaskan dan pembentukan
kristalnya.
B. SEJARAH GULA
Gula Tebu
Pada awalnya gula tebu dikenal oleh
orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 Sebelum
Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan ”batang
rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti halnya pada berbagai
penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat,
sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntu-ngan yang
sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya
terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada
abad ketujuh sebelum sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun
642 mereka menemukan tanaman tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari
cara pembuatan gula. Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan
pengolahan-pe-ngolahan gula di berbagai daratan lain yang mereka kuasai,
termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.
Gula dikenal oleh orang-orang barat
Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang
pulang menceritakan keberadaan “rempah baru” yang enak ini. Gula pertama
diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan
periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur,
termasuk di dalamnya adalah impor gula. Sebagai contoh, dalam sebuah catatan
pada tahun 1319 harga gula di London sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai
ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata, sehingga dapat dikatakan
gula sangatlah mewah pada waktu itu.
Orang-orang kaya menyukai pembuatan
patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III
dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya
dengan menampilkan piring-piring, barang-barang perak, dan kain linen yang
semuanya terbuat dari gula.
Karena merupakan barang mahal, gula
seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13
hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk
memberi kekuatan.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa
umumnya dilakukan di Venice. Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika
Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di
sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerikalah yang telah mengubah
konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan
pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia.
Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan
berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar
bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir
seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados,
Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal.
Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu.
Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di
dunia barat.
Secara ekonomi gula sangatlah penting
sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di
pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai
pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai
perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina
dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal.
![]() |
Pabrik gula tebu di Hindia Belanda sekitar tahun 1850 oleh A. Salm |
Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik
pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton
per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi
keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki “emas putih”. Keadaan ini
juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.
![]() |
Catatan perdagangan impor gula dari Jamaika pada tahun 1739 |
Para pemerintah menyadari keuntungan
besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya
gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai
dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau
menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa.
Gula Bit
Gula
bit pertama kali diketahui sebagai sumber gula pada tahun 1747. Tidak diragukan
lagi, tanaman ini tidak begitu menarik perhatian dan hanya sekedar
keingintahuan beberapa negara Eropa karena kepentingan nasional dan ekonomi
lebih tertuju pada perkebunan tebu. Keadaan ini bertahan sampai dengan
perang-perang Napoleon pada awal abad ke-19 ketika Britania menblokade impor
gula ke benua Eropa. Pada tahun 1880 gula bit menggantikan gula tebu sebagai
sumber utama gula di benua Eropa. Masuknya gula bit ke Inggris tertunda sampai
dengan Perang dunia Pertama ketika impor gula Britain terancam. Sebelumnya
Britain mengimpor gula tebu dari jajahannya di kawasan tropis.
Masa kini
Konsumsi
gula per tahun saat ini berkisar 120 juta ton dan terus bertambah pada laju
sekitar 2 juta ton per tahun. Uni-Eropa, Brazil dan India adalah tiga produsen
terbesar dan gabungan dari ketiganya menyumbang sekitar 40% produksi per tahun.
Namun demikian kebanyakan gula dikonsumsi di negara penghasil dan hanya sekitar
25% yang diperdagangkan secara internasional.
Tebu dibudidayakan di
lebih dari 100 negara dan gula yang dihasilkan dari tebu berkisar 6 kali lebih
besar dari pada gula bit.
Sejarah Gula di Jawa
Tanaman
tebu diperkirakan sudah sejak lama dibudidayakan di Jawa. Perantau China,
I-Tsing, mencatat bahwa pada tahun 895 M, gula yang berasal dari tebu dan nira
kelapa telah diperdagangkan di Nusantara. Sedangkan menurut catatan perjalanan
Marcopolo, hingga abad ke-12 di Jawa belum berkembang industri gula seperti
yang ada di China dan India. Kedatangan orang Eropa, terutama orang Belanda,
pada abad 17 membawa perubahan pada perkembangan tanaman tebu dan industri gula
di Jawa.
Pada
pertengahan abad ke-17, industri gula didirikan di sekitar selatan Batavia, dan
dikelola oleh orang-orang China bersama para pejabat VOC. Pengolahan gula saat
itu berjalan dengan proses yang sederhana. Dua buah silinder kayu yang
diletakkan berhimpitan digunakan sebagai gilingan yang diputar dengan tenaga
hewan (kerbau) atau manusia. Tebu dimasukkan di antara kedua silinder, kemudian
nira yang keluar ditam-pung dalam bejana besar yang terdapat di bawah gilingan.
Ekspor gula ke Eropa pun berlangsung pada saat itu, yang berasal dari 130
pengolahan gula (PG tradisional) di Jawa. Se-iring dengan perjalanan sejarah,
jumlah PG di Jawa turun naik berfluktuasi. Ketika India mulai melakukan ekspor
gulake Eropa, industri gula Jawa mengalami persaingan ketat sehingga beberapa
diantaranya tutup. Pada tahun 1745 di Jawa tersisa 65 PG, tahun 1750 bertambah
menjadi 80 PG, kemudian akhir abad XVIII menyusut kembali menjadi 55 PG.
Fluktuasi ini diduga berkaitan dengan perubahan kondisi lingkungan sekitar
Batavia yang tidak lagi kondusif untuk budidaya tebu atau mungkin berkaitan
dengan kesulitan permodalan.
Pada awal abad XIX, industri gula yang lebih modern yang dikelola orang-orang Eropa mulai bermunculan. PG modern pertama didirikan di daerah Pamanukan (Subang) dan Besuki (Jawa Timur). Akan tetapi, PG tersebut tidak bertahan lama dan meng-alami kebangkrutan yang diduga akibat masalah perburuhan dan ketersediaan lahan sawah untuk tebu yang terbatas. Di Pamanukan, investor gula harus membuka lahan-lahan sawah baru yang butuh modal besar karena lahan sawah yang sudah ada diprioritaskan untuk padi.
Pada awal abad XIX, industri gula yang lebih modern yang dikelola orang-orang Eropa mulai bermunculan. PG modern pertama didirikan di daerah Pamanukan (Subang) dan Besuki (Jawa Timur). Akan tetapi, PG tersebut tidak bertahan lama dan meng-alami kebangkrutan yang diduga akibat masalah perburuhan dan ketersediaan lahan sawah untuk tebu yang terbatas. Di Pamanukan, investor gula harus membuka lahan-lahan sawah baru yang butuh modal besar karena lahan sawah yang sudah ada diprioritaskan untuk padi.
Kurun waktu berikutnya
industri gula Jawa mulai menggeliat bangkit seiring dengan diberlakukannya
Cultuurstelsel oleh van den Bosch. Liberalisasi industri gula Jawa dipasung.
Semua aktivitas ekonomi (perdagangan gula) swasta dilarang dan dikuasai
sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1830 Bosch
mengembangkan penanaman tebu di daerah pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur,yang
dikelola secara profesional. Sebagian besar perusahaan keluarga diserahkan
kepada para manajer profesional. Modal didukung oleh Javasche Bank, sedangkan
manajemen inti dipegang orang-orang Eropa. Usaha-usaha penetrasi pasar
dilakukan pemerintah Belanda melalui regulasi impor gula dengan memberikan
potongan 15 gulden untuk setiap pembayaran cukai sebanyak 100 gulden. Tenaga
kerja hampir sepenuhnya tidak dibayar alias gratis karena unsur paksaan oleh
para penguasa bumiputra yang berkolaborasi dengan para penjajah. Perubahan
kebijakan ini berhasil baik, dimana 10 tahun kemudian gula dari Jawa mampu
mendominasi pasar dunia.
Perkembangan
berikutnya, beberapa PG mulai bermunculan di Jawa dengan dukungan pembangunan
infrastruktur besar-besaran terutama dalam penyediaan sarana irigasi.
Kebangkitan industri
gula di Jawa pada masa itu sebenarnya terkait juga dengan perubahan teknologi.
Margarete Leidelmeijer dalam studi Doktornya di Universitas Teknologi
Eindhoven, Belanda, tahun 1995 menulis disertasi tentang industri gula di Jawa
berjudul Van suikermolen tot grootbedrift. Technische vernieuwing in de
Javasuikerindustrie in de negentiende eeuw atau dalam terjemahan bebas
kira-kira artinya “dari pengolahan gula sederhana ke pabrik-inovasi teknik pada
industri gula Jawa abad sembilan belas” (No. 25 dalam seri NEHA 111, Dutch
Guilders). Menurut Leidelmeijer, sejak Cultuurstelsel diberlakukan teknologi
industri gula Jawa sebagian mengadopsi teknologi pengolahan gula bit di Eropa,
salah satunya dengan menggunakan pan masak vacuum. Selain itu, dukungan para
insinyur dan peneliti di Belanda yang difasilitasi kantor Kementerian
Pemerintahan Kolonial ikut terlibat dalam pengembangan industri gula Jawa.
Kontak antara para pelaku industri gula di Jawa dan Eropa saat itu cukup
intensif. Mereka saling bertukar informasi tentang teknologi processing gula
tebu dan gula bit. Industri gula Jawa pada akhirnya berkembang cukup pesat dan
bahkan menjadi acuan bagi industri gula tebu dunia lainnya. Inovasi teknologi
prosesing gula tebu yang dimulai abad XIX tersebut, kemudian disempurnakan
dengan berbagai inovasi teknologi di abad XX hingga saat ini masih bertahan dan
dipa-kai oleh sebagian besar PG Jawa.
C. JENIS-JENIS GULA
Gula Pasir
Gula pasir merupakan bahan baku masakan yang terbuat dari sari tebu dan dikristalkan membentuk serbuk-serbuk seperti pasir. berbeda dengan gula halus, gula pasir mempunyai butiran-butiran yang lebih kasar. Gula pasir memiliki rasa yang manis dan mudah larut dalam air terutama air panas. Gula pasir umumnya berwarna putih kekuningan atau sedikit coklat. Gula pasir didapatkan dari ekstraksi sari tebu yang dikristalkan. Gula pasir tidak mempunyai aroma tetapi berbau harum ketika diolah menjadi karamel. Gula pasir banyak ditemui dimanapun dalam bentuk kemasan. Gula pasir menjadi salah satu dari sembilan bahan pokok yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Gula pasir rentan terhadap kelembaban karena bisa mengubah tekstur dari gula tersebut. Disebut gula pasir karena bentuknya yang seperti pasir. Biasanya gula pasir
digunakan untuk pemanis dalam minuman, kue, makanan, dll.
Gula Pasir Kasar (Crystalized Sugar)
Adalah gula yang juga dari hasil
kristalisasi cairan tebu. Berbeda dengan gula pasir, gula ini memiliki batir
yang lebih kasar. Warnanya juga ada yang berwarna-warni. Biasanya gula jenis
ini digunakan untuk tabulan pada biskuit sebelum dipanggang karena gula ini
tidak meleleh dalam suhu oven.
Gula Kastor (Caster Sugar)
Gula kastor memiliki bentuk yang lebih
halus daripada gula pasir. Karena sifatnya yang mudah bercampur, maka gula
kastor sering digunakan sebagai bahan campuran untuk pemanis dalam adonan kue,
cookies, pastry, dll. Gula kastor memiliki warna putih bersih. Gula kastor bisa
dibuat dengan memasukkan gula pasir ke kantong plastik lalu memukul-mukulnya
hingga hancur. Hasil ayakannya dapat menggantikan gula kastor.
Gula Bubuk (Icing Sugar, Confection
Sugar)
Gula incing atau disebut juga dengan
tepung gula adalah gula yang telah mengalami penghalusan sehingga berbentuk
bubuk gula. Karena sifatnya yang halus, gula icing baik digunakan untuk membuat
krim untuk cake, taburan untuk cake, atau taburan untuk kue kering. Ada
beberapa jenis gula bubuk yang mengandung pati jagung sehingga tidak
menggumpal.
Gula Donat
Sesuai namanya, gula donat adalah
gula yang digunakan untuk bahan taburan donat. Tekstur gula ini halus seperti
gula tepung dan berwarna putih. Namun, yang membedakannya dari gula tepung
adalah gula donat memiliki rasa dingin jika telah masuk ke dalam mulut kita.
Keistimewaan lainnya adlah gula donat tidak basah jika tekena minyak. Selain
untuk donat, telah mulai banyak pengusaha kue putri salju yang menggunakan gula
donat untuk taburannya.
Gula Dadu
Sesuai dengan namanya, gula dadu
memiliki bentuk seperti dadu. Gula dadu biasanya memiliki kualitas tinggi. Gula
ini lazim digunakan sebagai pemanis dalam minuman teh atau kopi.
Brown Sugar
Gula jenis ini adalah jenis gula
yang dalam proses pembuatannya dibubuhi molase. Warnanya kecoklatan seperti
gula palem, memiliki wangi caramel, dan rasanya legit. Rasa brown sugar tidak
semanas gula pasir, biasanya digunakan dalam pembuatan cookies sehingga membuat
cookies lebih moist daripada bila menggunakan gula pasir sebagai pemanisnya.
Gula Palem (Palm Sugar)
Gula palem juga disebut gula semut.
Gula ini berasal dari nira atau sari batang tumbuhan keluarga palem-paleman.
Memiliki bentu seperti gula pasir, berwarna coklat, dan memiliki harum yang
khas. Biasanya gula palem digunakan untuk membuat Ontbijkoek, fruti cake, atau
campuran cookies seperti pada pitmopen.
Gula Jawa (Gula Merah)
Sama seperti gula palem, gula jawa
juga berasal dari nira atau sari batang pohon jenis palem. Bentuknya biasanya
silinder atau menyerupai batok kelapa. Penggunaan gula jawa biasanya dalam
pembuatan kecap.
D. FUNGSI GULA
Gula Pasir Berfungsi Sebagai Pengawet. Sama halnya dengan garam,
sifat gula pasir adalah higroskopis atau menyerap air sehingga sel-sel bakteri
akan dehidrasi dan akhirnya mati. Jika larutan gula atau garam mempunyai
kekepekatan yang tinggi atau sekitar 25%. Kebanyakan bakteri atau jamur tidak
mampu bertahan hidup pada larutan gula atau garam yang pekat.
Membantu
Meningkatkan Fermentasi.
Dengan menambahkan sedikit gula pada ragi maka akan dapat mempercepat peragian
adonan. Namun demikian setelah melewati batas tertentu, penambahan gula justru
dapat memperlambat peragian. Gula berfungsi seperti pupuk pada tanaman. Ragi
dapat berfermentasi dengan adanya gula namun apabila gula berlebihan maka ragi
justru akan mati. Pada tanaman pun, apabila pemberian pupuk berlebihan,
hasilnya justru sebalilknya.
Membantu Dalam Pembentukan Warna. Gula yang dilumeri bila
dipanaskan bersama protein akan bereaksi membentu gumpalan-gumpalan berwarna
gelap yang disebut melanoidin. Pada tahap permulaan, melanoidin menyerupai
karamel dalam hal warna, bau dan rasa.
Menambahkan Nilai Mutu Produk.
Menambahkan Nilai Mutu Produk.
Pemberian gula akan mengempukkan
hasil produksi karena gula akan mengubah susunan, volume, dan simetri pada produk
yang dihasilkan.
E.
PROSES PEMBUATAN GULA PASIR DARI TEBU
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1tahun.
Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa ke pabrik untuk diproses menjadi gula.
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kristalisasi, afiniasi, karbonasi, penghilang warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ke tangan konsumen.
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1tahun.
Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa ke pabrik untuk diproses menjadi gula.
Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kristalisasi, afiniasi, karbonasi, penghilang warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ke tangan konsumen.
Ekstraksi
Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50% air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai "abu".
Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50% air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai "abu".
Pengendapan kotoran
dengan kapur (Liming)
Jus
tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan
mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim
kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.
Jus
hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses
penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam
jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini
kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki
penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang
rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang
jernih.
Kotoran
berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya
dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu
diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan
hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian
dikembalikan ke proses.
Penguapan (Evaporasi)
Setelah
mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus
menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam).
Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap
pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.
Jus
yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula
jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki
kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk' (multiple
effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik
untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
Pendidihan/ Kristalisasi
Pada
tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar
untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk
pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan
mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat
sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses
mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Larutan
induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula
sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi
non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama
terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang
merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi
semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi
tidak mungkin lagi dilanjutkan.
Sebagai
tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah
produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah
lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat
alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan
energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%.
Penyimpanan
Gula
kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan
dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di
dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi
karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini
biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan
lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.
Afinasi (Affination)
Tahap
pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan
lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang
dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental
(konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan
sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan
(coklat). Campuran hasil (‘magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal
dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal
yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.
Cairan
yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai
zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula
lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.
Karbonatasi
Tahap
pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan
cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini
beberapa komponen warna juga akan ikut hilang.
Salah
satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi
dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke
dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran
tersebut.
` Gas
karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel
kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan
supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut
stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi.
Gumpalan-gumpalan
yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non
gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula
ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap
untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna.
Selain
karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama
dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan
karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat
dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang
sudah dijelaskan di atas.
Penghilangan warna
Ada
dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui
kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi
granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir
seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah
granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan.
Karbon
pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus
untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi
juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan
terbakar keluar dari karbon.
Cara
yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih
sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada.
Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak
diharapkan.
Cairan
jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi
kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi
optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum
diolah di panci kristalisasi.
Pendidihan
Sejumlah
air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya
kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi
untuk memisahkan keduanya.
Proses
ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang
berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas
sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.
F.
ISI KANDUNGAN GIZI GULA PASIR
Gula Pasir adalah bahan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Gula pasir mengandung energi sebesar 364 kilokalori, protein 0 gram, karbohidrat 94 gram, lemak 0 gram, kalsium 5 miligram, fosfor 1 miligram, dan zat besi 0 miligram. selain itu di dalam gula pasir juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut di dapat dari melakukan penelitian terhadap 100gram. Gula pasir dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100%.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Gula Pasir:
Nama Bahan Makanan : Gula Pasir
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Gula Pasir yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Gula Pasir yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Gula Pasir = 364 kkal
Jumlah Kandungan Protein Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Lemak Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Gula Pasir = 94 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Gula Pasir = 5 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Gula Pasir = 1 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Gula Pasir = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Gula Pasir = 0 mg
Khasiat / Manfaat Gula Pasir : - (Belum Tersedia)
Gula Pasir adalah bahan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Gula pasir mengandung energi sebesar 364 kilokalori, protein 0 gram, karbohidrat 94 gram, lemak 0 gram, kalsium 5 miligram, fosfor 1 miligram, dan zat besi 0 miligram. selain itu di dalam gula pasir juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut di dapat dari melakukan penelitian terhadap 100gram. Gula pasir dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100%.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Gula Pasir:
Nama Bahan Makanan : Gula Pasir
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Gula Pasir yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Gula Pasir yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Gula Pasir = 364 kkal
Jumlah Kandungan Protein Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Lemak Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Gula Pasir = 94 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Gula Pasir = 5 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Gula Pasir = 1 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Gula Pasir = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Gula Pasir = 0 mg
Khasiat / Manfaat Gula Pasir : - (Belum Tersedia)
G. DAMPAK GULA TERHADAP KESEHATAN
Kelebihan
gula dapat mengakibatkan sejumlah konsekuensi kesehatan yang antara lain:
1. Gula dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh Anda dan merusak pertahanan Anda melawan penyakit karena
infeksi.
2. Gula dapat meningkatkan level glukosa
darah puasa dan dapat menyebabkan hipoglikemia reaktif.
3. Gula dapat menyebabkan
peningkatan cukup berarti pada kolesterol total, trigliserida dan kolesterol
jahat, serta penurunan dalam kolesterol baik.
4. Gula dapat menyebabkan penuaan
dini.
5. Gula dapat menyebabkan obesitas.
6. Gula dapat menyebabkan air liur
Anda menjadi lebih asam, menyebabkan kerusakan gigi.
7. Gula dapat menyebabkan penyakit
gusi.
8. Gula menyebabkan tekanan darah tinggi
pada orang-orang gemuk.
9. Gula meningkatkan resiko polio.
10. Pengurangan konsumsi gula dapat
meningkatkan stabilitas emosional.
11. Gula dapat menyebabkan pusing.
12. Gula dapat meningkatkan resiko
asam urat.
13. Gula dapat membuat urat daging Anda
(tendon) jadi lebih rapuh.
14. Gula dapat menyebabkan batu
empedu.
15. Gula dapat menyebabkan
osteoporosis.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar