Pendelegasian Wewenang
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dunia yang sudah
sangat maju kini, kita sangat harus sangat bisa bersaing dalam berbagai hal,
contohnya tentang manajemen yakni salah satu nya wewenang, wewenang ialah
sesuatu sikap untuk mengatur dan memberi pengarahan kepada bawahan, wewenang
yang harus dimiliki pemimpin ialah wewenang yang sangat-sangat baik dalam hal
apapun, melatar belakangi pembuatan makalah yang berjudul “Pendelegasian
Wewenang” yakni ingin mempelajari dan memperdalam tentang ilmu manajemen
khususnya tentang pendelegasian wewenang. Berikut penjelasannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
itu Delegasi?
2. Bagaimana
pendapat para ahli tentang delegasi?
3. Apa
asas-asas pendelegasian wewenang?
4. Manfa’at
pendelegasian wewenang?
5. Hambatan
pendelegasian wewenang?
6. Apa
pengertian sentralisasi dan desentralisasi?
7. Syarat
pendelegasian yang efektif?
C. TUJUAN
Tujuan pembuatan
makalah yang berjudul “Pendelegasian Wewenang” ini adalah untuk memperdalam
ilmu Manajemen, untuk mengetahui bagaimana seluk beluk tentang ilmu manajemen.
D. MANFAAT
Kita dapat belajar
bersama dan dapat memahami akan penting nya Manajemen dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya bagi penyusun sendiri dapat lebih memahami Apa itu
wewenang dan tanggung jawab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DELEGASI
1. Pengertian Delegasi dan
Pendelegasian
Delegasi adalah
suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk
melaksanakan kegiatan tertentu.
Pendelegasian
adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain.
Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang
lain agar seorang manajer dapat menggunakan waktunya itu untuk melakukan
tugasnya sebagai seorang manajer.
Pendelegasian adalah
kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya / bawahannya untuk melaksanakan
bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan
memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga
bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat
mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya,
( Manulang,1988).
Pendelegasian
merupakan proses penugasan, wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan. (
Sujak, 1990).
Delegasai wewenang
adalah proses yang paling fundamental dalam organisasi, sebab pimpinan tak kan
sanggup melakukan segala sesuatu dan membuat setiap keputusan.
Pendelegasian
(pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi
agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada
bawahannya.
2. Pendelegasian Wewenang Pendapat
Para Ahli
Ralph C Davis: Delegation of Authority is merely the phase of the
process in wich Authorityof assigned function is released to position to be
exercise by their incumbent.
Artinya: Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses
ketika penyerahan wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan
pertanggungjawaban.
Malayu S.P.
Hasibuan: Pendelegasian
wewenang adalah memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang
oleh delegator kepada delegate untuk dikerjakannya atas
namadelegator.
3. Asas pendelegasian wewenang:
1. Asas
kepercayaan
2. Asas
delegasi atau hasil yang diharapkan
3. Asas
penentuan fungsi atau asas kejelasan tugas
4. Asas
rantai berkala
5. Asas
tingkat wewenang
6. Asas
kesatuan komando
7. Asas
keseimbangan wewenang dan tanggung jawab
8. Asas
pembagian kerja
9. Asas
efisiensi
10. Asas
kemutlakan tanggung jawab
4. Aspek Penting Dalam
Pendelegasian
a) Fokus
pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya
menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi.
b) Pendelegasian
dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas penghargaan dan kesadaran
terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang "berharga", serta
memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain, di mana setiap pekerja
dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.
c) Pendelegasian
yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi bidang berikut:
I. Menekankan
pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau diinginkan pada waktu depan
yang telah ditentukan ("desired results").
© Pendelegasian menyatakan dengan tegas
tentang apa yang harus dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus
utama diarahkan kepada hasil produksi.
© Pendelegasian memberikan tugas, wewenang,
hak, tanggung jawab, kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam
tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin.
II. Pelaksanaannya
dilandasi pedoman/petunjuk ("guidelines") yang jelas, baik bagi tugas
maupun pelaksana tugas. Artinya pendelegasian menyatakan pedoman-pedoman,
larangan-larangan, dan batas-batas dimana seseorang harus bekerja/melakukan
kewajibannya. Hal ini menolong setiap orang untuk bekerja dengan baik/patut.
III. Melibatkan
sumber-sumber daya ("resources") yang pasti. Pendelegasian menyatakan
(disertai dengan pernyataan) akan adanya sumber-sumber daya, antara lain sumber
daya manusia, keuangan, teknis, atau organisasi yang dapat dipakai seseorang
untuk menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepadanya.
IV. Dinyatakan
dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban ("responsibility"
dan "accountability"). Pendelegasian menyatakan patokan yang akan
digunakan untuk menilai hasil/prestasi akhir, yang diwujudkan dengan adanya
tanggung jawab dan pertanggungjawaban kerja yang dapat dilakukan dengan
membuat/memberi pelaporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk
diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin.
V. Mempertimbangkan
risiko-risiko yang akan terjadi atau ditindaki ("consequences").
Pendelegasian dapat menyatakan akibat-akibat yang akan terjadi, yang baik
maupun yang tidak baik, sebagai hasil dari suatu pekerjaan atau tugas yang
didelegasikan. Akibat-akibat ini dapat diukur melalui evaluasi/pengkajian yang
dilakukan dengan meneliti deskripsi tugas dan hasil kerja atau produk yang
telah dilakukan atau dihasilkan. Dengan menanyakan apakah semuanya ini telah
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan rencana, ketentuan dan prosedur,
ataukah malah sebaliknya.
5. Alasan
pentingnya pendelegasian
Ada alasan delegasi
itu diperlukan, diantaranya adalah :
1. Memungkinkan atasan
dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas sendiri.
2. Agar organisasi
dapat berfungsi lebih efisien.
3. Atasan dapat
memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.
4. Dapat mengembangkan
keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan.
5. Karena atasan tidak
mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.
6. Pendelegasian
memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih baik dari pada
semua kegiatan ditangani sendiri.
7. Agar organisasi
berjalan lebih efisien.
8. Pendelegasian
memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian terhadap
tugas-tugas prioritas yang lebih penting.
9. Dengan
pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang, bahkan dapat
dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau
keberhasilan.
6. Kegiatan
delegasi wewenang
Beberapa kegiatan
dalam delegasi wewenang adalah :
· Manager perawat/bidan menetapkan
dan memberikan tugas dan tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan;
· Manajer melimpahkan wewenang
yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
· Perawat/bidan yang menerima
delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung
jawab.
· Manajer perawat/bidan menerima
pertanggungjawaban (akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.
7. Prinsip
delegasi
Dibawah ini adalah
prinsip – prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif
:
· Prinsip
scalar.
Proses
skalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah yang menghasilkan
pertambahan tingkat-tingkat pada struktur organisasi. Proses skalar dicapai
melalui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab.
· Prinsip
kesatuan perintah.
Dalam melakasanakan
pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga
pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada
siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya.
Perintah yang datang dari manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak
jalannya wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja.
· Tanggung
jawab, wewenang, dan akuntabilitas.
8. Cara
melakukan delegasi
Cara manajer dalam
melakukan delegasi antara lain :
· Membuat perencanaan
ke depan dan mencegah masalah.
· Menetapkan tujuan
dan sasaran yang realistis
· Menyetujui standar
kerja
· Menyelaraskan tugas
atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
· Melatih dan
mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan wewenang baik secara
tertulis maupun lisan.
· Melakukan kontrol
dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan mengukur pencapaian tujuan
berdasarkan standar serta memberikan umpan balik prestasi yang dicapai.
· Kunjungi bawahan
lebih sering dan dengarkan keluhan - keluhannya.
· Bantu mereka untuk
memecahkan masalahnya dengan memberikan ide ide baru yang
bermanfaat.
· Memberikan ‘reward’ atas
hasil yang dicapai.
· Jangan mengambil
kembali tugas yang sudah didelegasikan.
9. Teknik
pendelegasian
Manajer
perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang dapat
didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau kepala
unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup
kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas
seharusnya dirangking dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan
sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu waktu.
10. Jenis
pendelegasian
Dalam bukunya yang
berjudul The 7 Habits of Highly Effective People, Stephen R. Covey
menyatakan bahwa ada 2 jenis pendelegasian, yaitu :
· Pendelegasian
Suruhan (Gofer Delegation)
Pendelegasian
suruhan berarti : "kejar ini, kejar itu, kerjakan ini, kerjakan itu, dan beritahu saya ketika sudah selesai."
Pendelegasian
suruhan berprinsip pada metode, yaitu semua didikte secara rinci dan
spesifik step by step cara melakukannya. Pendelegasian dengan cara
ini banyak digunakan oleh manager karena mereka berpikir metode yang dilakukan
pasti tidak akan keluar dari jalur, minim kesalahan dan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Tapi kelemahannya adalah bahwa mereka tidak melatih creative
thinking anak buah mereka dan bila terjadi kesalahan si anak buah akan
merasa tidak bertanggung jawab kepada hasil yang didapat.
· Pendelegasian
pengurusan (Stewardship Delegation)
Pendelegasian
pengurusan berfokus pada hasil dan bukan pada metode, memberikan secara rinci
hasil yang diinginkan, bukan memberikan secara rinci apa yang harus dilakukan.
Pendelegasian ini memberi pilihan metode kepada anak buah dan membuat mereka
bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian metode pengurusan memberi
kepercayaan penuh kepada anak buah dan kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi
dari motivasi manusia. Kepercayaan menghasilkan yang terbaik dari diri manusia.
Tetapi dibutuhkan waktu dan kesabaran, dan tanpa mengesampingkan kebutuhan
untuk melatih dan mengembangkan orang sehingga kecakapan mereka dapat meningkat
ke tingkat kepercayaan itu. Bila pendelegasian pengurusan dilakukan dengan
benar, kedua pihak akan mendapatkan keuntungan dan akhirnya jauh lebih banyak
pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Prinsip
yang terlibat dalam pendelegasian pengurusan selalu benar dan dapat berlaku
pada orang atau situasi jenis apapun.
11. Penyebab
gagalnya delegasi
· Atasan merasa lebih
jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan.
· Atasan tidak ingin
ambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal dalam menjalankan
wewenangnya.
· Atasannya kurang
atau tidak percaya kepada bawahannya.
· Atasan takut apabila
seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik dan efektif, sehingga
dapat mengancam posisinya sebagai atasan.
· Bawahan tidak
menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang sudah diterima.
· Bawahan takut tidak
dapat menjalankan tugas – tugas dengan benar dan dikatakan gagal.
· Bawahan merasa
tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih besar.
12. Hambatan
pendelegasian
a. Hambatan
hambatan pada delegator
· Kemampuan yang
diragukan oleh dirinya sendiri
· Meyakini bahwa
seseorang “mengetahui semua rincian”
· “Saya dapat melakukannya
lebih baik oleh diri saya sendiri” buah pikiran yang keliru.
· Kurangnya pengalaman
dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan
· Rasa tidak aman
· Takut tidak
disukai
· Penolakan untuk
mengakui kesalahan
· Kurangnya kepercayaan
pada bawahan
· Kesempurnaan,
menyebabkan kontrol yang berlebihan
· Kurangnya
ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja
· Kegagalan untuk
mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan tanggung jawab.
· Keseganan untuk
mengembangkan bawahan
· Kegagalan untuk
menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.
b. Hambatan- hambatan
pada yang diberi delegasi
· Kurangnya
pengalaman
· Kurangnya
kompetensi
· Menghindari
tanggung jawab
· Sangat
tergantung dengan boss
· Kekacauan
[disorganization]
· Kelebihan
beban kerja
· Terlalu
memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat
c. Hambatan- hambatan
dalam situasi
· Kebijakan
tertuju pada satu orang
· Tidak
ada toleransi kesalahan
· Kekritisan
keputusan
· Urgensi,
tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen]
· Kebingungan
dalam tanggung jawab dan kewenangan.
· Kekurangan
tenaga
13. Metode-metode
pendelegasian
· Spesifikasi
tanggung jawab secara jelas.
Menjelaskan hasil
yang di harapkan dari sebuah tugas yang di delegasikan atau dari suatu
penugasan,jernihkan sasaran dan prioritas.dan beritahukan kepadanya mengenai
batas waktu apa saja yang harus di penuhi
· Berikan
kekuasaan yang cukup dan princi batas-batas kebijaksanaanya.
Bila member
tanggung jawab yang baru tentukan jumlah kekuasaan yang sesuai yang di butuhkan
oleh bawahan tersebut agar dapat melaksanakanya
· Princi
persyaratan pelaporan
Peting seorang
bawahan memahami jenis-jenis informasi yang harus di laporkan, beberapa sering
laporan harus di harapkan, dan bagaimana kemajuan akan di pantau(misalnya :
laporan tertulis, pertemuan-pertemuan tinjauan)
· Mengenai
kemajuan, presentasi dalam pertemuan-pertemuan departemen evaluasi kerja yang formal
· Pastikan
penerimaan tanggung jawab dari bawahan
Agar pendelegasian
itu berhasil, maka bawahan tersebut harus menerima penugasan yang baru tersebut
dan mengikat diri untuk melaksanakannya. Karena penugasan tersebut menarik dan
penting bagi kemajuan karier bawahan tersebut.
· Teruskan
informasi kepada mereka yang harus mengetahui
Orang yang
diberikan wewenang (pendelegasian), ia harus melakukan tugas oleh yang
didelegasikan harus diberitahukan tentang tanggung jawab kekuasaan baru dari bawahan
kepada rekannya.
· Pantaulah
kemajuan dengan cara yang sesuai
· Usahakan
agar supaya bawahan memperoleh informasi yang dibutuhkan
· Berilah
dukungan dan bantuan namun hindari pendelegasian yang terkait
· Buatlah
agar kesalahan itu menjadi suatu proses belajar (Yukl. Gary.1989).
14. Wewenang Yang Didelegasikan
Ø Delegasikan
tugas oleh yang dapat dilakukan dengan lebih baik oleh bawahan
Ø Delegasikan
oleh yang mendesak namun bukan yang mempunyai prioritas tinggi
Ø Delegasikan
tugas oleh yang relevan bagi karier seorang bawahan
Ø Delegasikan
tugas tugas dengan kesukaran yang sesuai
Ø Delegasikan
tugas yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan
Ø Delegasikan
tugas oleh yang tidak sentral bagi peran manejer
15. Ada
4 Kegiatan Terjadi Ketika Delegasi Dilakukan
a) Pendelegasian menetapkan dan
memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
b) Pendelegasian melimpahkan
wewenang yang diperlukan untuk mencapai ujuan atau tugas.
c) Penerimaan delegasi, yang menimbulkan
kewajiban atau tanggung jawab.
d) Pendelegasi menerima
pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai.
16. Manfaat
Pendelegasian Wewenang
1. Manajer memiliki
banyak kesempatan untuk mencari dan menerima peningkatan tanggungjawab dari
tingkatan manajer yang tinggi
2. Memberikan
keputusan yang lebih baik
3. Pelimpahan yang
efektif mempercepat pembuatan keputusan
4. Melatih bawahan
memikul tanggungjawab, melakukan penilaian dan meningkatkan keyakinan diri
serta kesediaan untuk berinisiatif
17. Hambatan
Terhadap Pendelegasian Yang Efektif
Penyebab keengganan
untuk mendelegasikan wewenang adalah :
a. Perasaan
tidak aman. Manajer enggan mengambil resiko untuk melimpahkan tugas atau
mungkin takut kehilangan kekuasaan bila bawahannya terlalu baik melaksanakan
tugas.
b. Ketidak mampuan
manajer. Sebagian manajer bisa sangat tak teratur dalam membuat perencanaan ke
depan.
c. Ketidak
percayaan kepada bawahan
d. Manajer merasa
bahwa bawahan lebih senang tidak mempunyai hak pembuatan keputusan yang luas
Penyebab keengganan
untuk menerima pendelegasian wewenang adalah:
a. Perasaan
tidak aman bagi bawahan untuk menghindari tanggungjawab dan resiko.
b. Bawahan takut
dikritik atau dihukum karena membuat kesalahan.
c. Bawahan tidak
mendapat cukup rangsangan untuk beban tanggungjawab tambahan.
d. Bawahan kurang
peracaya diri dan merasa tertekan bila dilimpahi wewenang pembuatan keputusan
yang lebih besar
18. Sentralisasi
Dan Desentralisasi
© Sentralisasi berarti sebagian besar
wewenang/kekuasaan masih tetap dipegang oleh manajer puncak (top
manager) Ã sentralisasi relatif.
© Desentralisasi wewenang berarti sebagian
kecil wewenang/kekuasaan dipegang oleh manajer puncak, sedang sebagian besar
kekuasaan menyebar ke seluruh struktur organisasi à desentralisasi
relative
19. Sentralisasi
Dan Desentralisasi Dalam Negara
a. Sentralisasi
Sentralisasi adalah
memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di
posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan
pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Kelemahan dari
sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah
dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu
yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini
adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan
yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan
dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
b. Desentralisasi
Desentralisasi
adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada
manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi.
Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta
menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan
efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
Faktor yang menentukan tingkat delegasi wewenang
(sentralisasi/desentralisasi)
1. Mahalnya keputusan (semakin
mahal à sentralisasi)
2. Keseragaman kebijaksanaan (jika
menghendaki keseragaman à sentralisasi)
3. Kemajuan perusahaan (jika
menginginkan perusahaan maju dan berkembang, maka harus disertai dengan
kebebasan bawahan à desentralisasi)
4. Sejarah perusahaan (jika awal
berdiri berbentuk perusahaan perorangan à sentralisasi)
5. Keinginan untuk bebas (Jika
para manajer ingin memiliki kebebasan à desentralisasi)
6. Jumlah manajer yang terampil
(semakin banyak à desentralisasi)
7. Teknik pengendalian (jika cara
pengawasan baik, alat pengawasan lengkap à desentralisasi)
8. Pengaruh lingkungan (jika
pengaruh lingkungan (misal peraturan perburuhan) banyak yang perlu ditafsirkan
secara intensif à sentralisasi)
20. Delegasi
Manajer
1. Seorang manajer menghadapi
lebih banyak pekerjaan lebih dari normal dapat dilaksanakan oleh 1 (satu)
orang.
2. Mendelegasikan kekuasaan
merupakan langkah penting untuk mengembangkan para bawahan.
3. Kelancaran organisasi
diperlukan oleh suatu perusahaan, apabila para manajer berhalangan,
tugas-tugasnya dapat dilaksanakan orang lain.
4. Mendelegasikan wewenang adalah
anak kunci organisasi.
21. Delegasi
Aktif
1. Rencana-rencana dan
kebijaksanaan diterangkan secara jelas kepada bawahan.
2. Tugas dan wewenang dirinci
secara jelas.
3. Penempatan orang pada tugas
yang tepat.
4. Memelihara garis-garis
komunikasi yang terbuka.
5. Menetapkan alat-alat pengendalian
yang sempurna.
6. Memberikan penghargaan bagi
delegasi yang efektif dan penggunaan wewenang yang sukses.
7. Mengadakan human
relations yang baik, agar jurang sosial budaya diperkecil.
22. Syarat
Untuk Delegasi Yang Efektif
a. Kesediaan
manajer untuk memberi kebebasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugas yang
dilimpahkan.
b. Komunikasi yang
baik antara manajer dan bawahan.
c. Meningkatkan
kompleksitas tugas yang dilimpahkan dan derajat pelimpahan dalam suatu jangka
waktu tertentu.
B. MANAJEMEN
INDUSTRI JASA BOGA
1.Top Management
Top manajemen
berkaitan dengan keputusan yang lingkup dan kerangka waktunya lebih luas.
Sebutan di level top manajemen antara lain chief executive officer (ceo), chief
operating officer/kepala operasional (coo), chief finance officer (cfo), is for
the noninformation systems executive treasurer, pengendali, chief information
officer (cio executive vice president, and pegawai senior. Top
manajer didalamnya terdapat beberapa orang memiliki
wewenang kuat yang bertanggung jawab atas empat fungsi dasar dari
bisnis, pemasaran dan keuangan, produksi dan penelitian serta
pengembangan. Keputusan yang dibuat pada tingkat ini tidak bisa
diprediksi,dalam jangka waktu yang panjang, dan terkait dengan masa
depan, kegiatan tidak hanya masa lalu dan / atau saat ini.
Oleh karena itu,
hal ini menuntut pengalaman yang banyak dan pengambilan keputusan yang tepat.
Mis sebuah perusahaan harus mampu menyediakan informasi kepada manajemen puncak
yang diperlukan dalam laporan berkala, laporan saat ini, dan laporan
berdasarkan permintaan.
Informasi yang ada
harus menunjukkan bagaimana semua kegiatan di perusahaan dan departemen terkait
dan tidak terlepas satu sama lain dan saling mempengaruhi. Keputusan penting
yang dibuat pada tingkat ini cenderung diarahkan
(1) Perencanaan strategis, misalnya, bagaimana
pembiayaan perkembangan perusahaan dan pasar baru mana
harus ditangani pertama kali,
(2) Alokasi sumber daya, seperti memutuskan apakah akan
membangun atau menyewakan ruang kantor dan apakah akan menghabiskan lebih
banyak uang untuk iklan atau mempekerjakan staf baru, dan
(3) Perumusan kebijakan, seperti menentukan kebijakan
perusahaan untuk mempekerjakan kaum minoritas dan menyediakan insentif
karyawan.
Manajer pada
tingkat ini sering disebut pengambil keputusan strategis.
Contoh keputusan terstruktur termasuk memutuskan rencana lima
tahun kedepan sesuai tujuan perusahaan, mengevaluasi sumber daya keuangan di
masa depan, dan memutuskan bagaimana bereaksi terhadap tindakan pesaing. Pada
tingkat yang lebih tinggi dari manajemen, banyak data yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan datang dari luar organisasi (misalnya informasi tentang
keuangan pesaing).
Sebutan Di Level Manajemen Puncak (Top Manajemen) :
- Ceo (Chief
Executive Officer) È Kepala Eksekutif Tertinggi
- Coo (Chief
Operational Officer) È Kepala Operasional Tertinggi
- Cfo (Chief Fincance
Officer) È Kepala Keuangan Tertinggi
- Cio (Chief
Information Officer) È Kepala Sistem Informasi Tertinggi
- Gm (General Manager
) È Kepala Operasional Tertinggi Di Sebuah Hotel
2.Middle Management
Manajemen di
level menengah biasanya cakupannya lebih luas cakupannya dalam mengambil
keputusan ,seperti manajer divisi , director, manajer pabrik atau
manajer cabang atau sebutan lain dimana setiap perusahaan berbeda-beda.
Informasi
yang berada di level manajer
menengah meliputi ulasan, ringkasan, dan analisis data
historis untuk membantu merencanakan operasi
dan kontrol dalam melaksanakan kebijakan yang telah dirumuskan
oleh level manajemen atas/puncak. Informasi ini biasanya
diberikan kepada manajer menengah dalam dua bentuk: ringkasan
laporan
(1) Yang
menunjukkan total dan tren-misalnya, total penjualan oleh
kantor, oleh produk, oleh tenaga penjual, dan totalkeseluruhan penjualan-dan
laporan pengecualian
(2) Yang
menunjukkan data-data yang tidak lazim-misalnya laporan
persediaan, daftar ini hanya memuat
komponen-komponen dalam jumlahtidak lebih dari 10
item. Laporan-laporan ini dapat dijadwalkan secara rutin (laporan
berkala),diminta atas dasar kasus per
kasus (on-demand laporan), atau yang dihasilkan hanya
ketikakondisi tertentu ada (event-diprakarsai laporan).
Laporan
berkala yang dibuat telah ditentukan waktunya : harian,
mingguan, bulanan, kuartal, atau tahunan. Laporan-laporan
ini biasanya mencakup
laporan penggajian, laporan status persediaan, laporan penjualan, laporan
laba rugi, dan neraca. Laporan on-demand biasanya diminta oleh manajer ketika informasi
tersebut diperlukan untuk masalah tertentu. Sebagai contoh, jika
seorang pelanggan ingin membuat sebuah rekening
tagihan yang besar, seorang manajer mungkin meminta laporan
khusus pada pembayaran pelanggan dan riwayat permintaan. Pada
saat awal laporan biasanya masih belum ada perubahan dan memerlukan perhatian
yang segera seperti laporan persedian barang yang tidak
tersedia atau laporan tentang peralatan yang tidak layak pakai.
Manajer
di tingkat menengah biasa juga disebut manajer yang membuat
keputusan secara taktis yang umumnya berurusan
dengan keputusan semistructured. Sebuah keputusan semiterstruktur adalah
keputusan yang meliputi beberapa prosedur struktur dan
tidak bisa diputuskan pada saaat prosedur tersebut dibuat.
Dalam kebanyakan kasus, keputusan semistructured bersifat kompleks, membutuhkan analisis
yang rinci dan perhitungan yang luas.
3.Low Management
Tingkatan tertinggi dari sebuah manajemen, tingkatan terendah (operasional)
manajemen, sebagian besar terkait dengan keputusan yang
diambil dalam waktu yang relatif sempit. Manajemen dengan
tingkatan yang lebih rendah, juga
disebut manajemen pengawasan, dan merupakan aktualisasi
dari perencanaan manajemen menengah dan mengendalikan kegiatan
operasional sehari-hari kegiatan yang berfungsi untuk
menjaga keberlanjutan organisasi.
Contoh manajer tingkat
rendah adalah manajer gudang yang bertanggung jawab
atas restocking persediaan , atau restaurant manager yang bertugas
mengawasi jalannya operasional restaurant ,dan manager yang memanage
bahan-bahan bertanggung jawab untuk melihat bahwa
semua bahan yang diperlukan di bidang manufaktur memenuhi kebutuhan produksi.
Sebagian
besar keputusan pada tingkat ini membutuhkan informasi yang
mudah dimengerti tentang status dak aktivitas yang sedang
berlangsung dan kegiatan dalam fungsi dasar
bisnis -misalnya, informasi yang dibutuhkan untuk memutuskan kapan
melakukan restok ulang persediaan.
Informasi ini umumnya diberikan dalam
laporan rinci yang mengandung informasi spesifik tentangkegiatan
rutin. Laporan-laporan jenis ini biasanya terstruktur, sehingga bentuknya
dapatditentukan. Data operasional bisnis sehari-hari sudah
tersedia, dan pengolahan dapat dengan mudah dilakukan dengan komputerisasi.
Manajer pada
tingkat ini biasanya membuat keputusan terstruktur. Sebuah
keputusan terstruktur adalah keputusan
yang dapat diprediksi yang dapat dibuat sebelum diputuskan
dengan kata lain disebut prosedur rutin.
Contoh tingkatan management dalam hotel:
1. Top Management, biasanya dihotel-hotel bintang 5 dipegang oleh jabatan General Manager. Contoh tugas dan tanggung jawab :
a) Bertanggung jawab terhadap perumusan
kebijaksanaan tehnis, pengendalian, kordinasi, evaluasi, administrasi, strategi
jangka panjang atau merumuskan peraturan-peraturan perusahaan
b) Menjadi
otak dari operasional keseluruhan dari hotel
c) Bertanggung
jawab terhadap keputusan dan peraturan yang dibuat
d) Menentukan
visi , dan misi perusahaan
e) Menetukan
standar oiperasional prosedur
f) Melakukan
pengawasan baik terhadap midel atau lower management
g) Menyusun
laporan , dokumentasi dan korespondensi kepada owner
h) Melakuakn
kordinasi terhadap semua divisi dan departement
i) Melakukan
evaluasi terhadap planning jangka panjang
j) Merubah
planning jangka panjang
2. Middle Management,
biasanya dihotel-hotel bintang 5 dipegang oleh division manager/director.
Contoh
tugas dan tanggung jawab f & b director :
a) Bertanggung jawab terhadap perumusan kebijaksanaan
dan tehnis pengendalian, kordinasi, evaluasi, administrasi pengelolaan food and
beverage department
b) Menetapkan menu, system penyajian, strategi
penjualan, mengarahkan pelaksanaan, menilai keberhasilan
c) Menetapkan jadwal operasional outlet f&b
d) Melakukan analysis, evaluasi pemakaian,
commodities dan statistik penjualan
e) Meneliti rekomendasi penyesuaian tarif
“food&beverage”
f) Meneliti dan menyetujui “standard portion size
g) Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan antara
“kitchen –f and b service dan stewarding
h) Menyusun rencana dan program kerja
i) Menyusun rencana anggaran kitceh, fb service dan
stewarding
j) Merumuskan kebijaksanaan pengendalian
biaya operasional dan menilai pelaksanaannya
k) Memonitor hasil inventaris kitchen , f
and b service dan stewarding
l) Memonitor pelaksanaan store room requisition ,
purchase requisition
m) Melaksanakan dan menjaga kelancaran operasional f
and b department
n) Menangani permasalahan yang memerlukan penanganan
secara langsung kepada eam dan masalah yang memerlukan penanganan khusus
o) Menjalin hubungan yang bnaim dengan tamu
p) Menyusun laporan , korespondensi, dan dokumentasi
3. Low Management,
biasanya di hotel-hotel bintang 5 dipegang oleh manager seperti ,restaurant
manager, banquet manager, reservation manager dan lain-lain. Contoh tugas dan
tanggung jawab restaurant manager :
a) Menyusun rencana dan program kerja , dan menialai
pelaksanaannya
b) Mengawasi jadwal operasional f and b outlets
c) Mewakili fb manager / assistant fb manager jika
tidak ada di tempat
d) Menghadiri rapat f adn b department head
e) Menciptakan pembinaan dan keharmmonisan
penyelenggaraan kerja
f) Menjalin dan membina hubungan yang baim dengan
tamu
g) Meneliti keluhan tamu atas pelayanan produk dan
menerangkan ke bagian yang bersangkutan untuk diatasi dengan baik
h) Menangani permaslahan yang memerlukan penanganan
secara langsung dan melaporkan kepada fb manager , mengenai maslah yang
memerlukan penanganan khusus
i) Melakukan kordinasi antara fb service dan fb
product
j) Melakukan pengawasan dan persiapan dan kelancara
event
k) Memastikan kelancaran berbagai hal yang berkaitan
dengan bagian fb service
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ORGANISASI KITCHEN
Tugas dan tanggung jawab organisasi
dapur akan saya jelaskan berdasarkan tugas masing masing secara menyeluruh:
Berikut jabatan
dapur beserta tugasnya secara garis besar untuk memberikan gambaran umum semua
jabatan di kitchen departemen dalam rangka meningkatkan pengetahuan secara
menyeluruh :
a. Chief Cook ( Executive Chef )
Biasa disebut
juga Chef De Cuisin atau dipanggil dengan “Chef”saja. Pekerjaan
seorang Chef lebih banyak bersifat administrative. Pada Hotel
kecil seorang Chef masih dituntut untuk turun tangan mengolah
makanan. Tugas dan tanggung jawab seorang Chef antara lain sebagai berikut :
1. Mengelola dapur yang menjadi tanggung jawabya
2. Menyusun Menu
3. Membuat standard recipe beserta food cost nya
4. Membuat purchase order ( bahan-bahan )
5. Membuat perkiraan ( forecast ) yang akan dicapai
6. Memimpin staff dan bawahannya
7. Mengawasi jalannya operasional kitchen
terutama pada saat Hotel atau restaurant buka
b. Assistant
Chief Cook ( Sous Chef )
Tugas dan
tanggung jawabnya adalah menggantikan
kedudukan Chef apabila dia berhalangan atau sedang
libur ( day off ).
c. Chef de Partie
Chef de Partie bertugas
mengawasi kelancaran jalannya operasional pada salah
satu seksi yang menjadi tanggung jawabnya, Mengorganisasi dan membagi tugas dan
pekerjaan pada bawahannya, dan ikut secara Langsung turun tangan
mengolah makanan.
d. Demi Chef
Demi Chef adalah
wakil Chef de Partie, tugas dan tanggung jawabnya sama.
e. Cook / Commis
Setiap Chef de
Partie dibantu oleh juru masak ( Cook ) dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dan jumlahnya tergantung pada volume
pekerjaan masing-masing bagian.
Commis 1
atau 1st Cook ( Senior
Cook ) adalah pangkat yang biasanya
diberikan kepada seorang Cook yang
dianggap mampu untuk
mengambil alih tanggung jawab atasannya dan untuk
beberapa hal dia diberi wewenang untuk bertindak sebagai: “Chef de Partie/ Demi
Chef” apa bila yang bersangkutan
berhalangan, misalnya sakit, cuti, libur (day off ),
sedangkan Commis 2, Commis 3/ Cook Helper adalah
sebagai pelaksana yang bekerja atas perintah atasannya. Kepangkatan
mereka dinilai berdasarkan kecakapan/ kemampuan dan lamanya
bekerja.
C. JABATAN STRUKTURAL DALAM BIROKRASI
Jabatan yang
diemban oleh PNS dibedakan menjadi jabatan struktural dan jabatan fungsional
tertentu. Selain itu ada pula jabatan fungsional umum yang seringkali
disederhanakan dengan istilah staf. Saat ini baru ada sekitar 110 jabatan
fungsional tertentu, misalnya guru, dosen, perawat, dokter, penyuluh, dan
lain-lain. Sedangkan jabatan struktural biasanya ditandai dengan predikat
“kepala”, misalnya kepala dinas, kepala badan, kepala kantor, kepala bagian,
kepala bidang, kepala seksi, kepala sub. Namun ada pula jabatan struktural yang
tidak diawali dengan kepala, seperti sekretaris daerah, sekretaris DPRD,
sekretaris KPU, inspektur (dulu bernama Kepala Badan Pengawasan Daerah),
direktur rumah sakit, sekretaris, camat, dan lurah.
Jabatan struktural
dalam birokrasi diartikan sebagai suatu kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam rangka memimpin suatu
organisasi negara. Jabatan tersebut disusun dalam bentuk eselon atau hirarki
jabatan yang menunjukkan tingkatan tanggung jawab, wewenang, dan hak.
Menurut Burhanuddin
A. Tayibnapis (dalam Muslim, 2007: 53) jabatan struktural merupakan jabatan
pimpinan seperti yang terlihat dalam struktur organisasi. Jabatan struktural
merupakan jabatan yang ditujukan bagi pegawai yang diarahkan ke jenjang yang
lebih tinggi dalam organisasi (Martoyo dalam Muslim, 2007: 53). Dalam jabatan
struktural, pengembangan karir diarahkan menjadi pimpinan dalam suatu
organisasi berdasarkan tingkat eselon mulai dari eselon Va sampai dengan eselon
Ia.
Di tingkat daerah
jabatan struktural merupakan jabatan yang sangat diidamkan. Beberapa alasan
bisa diungkapkan di sini, misalnya tunjangan jabatan yang lebih besar. Sebagai
perbandingan, seorang PNS bergolongan III jika tidak berada dalam jalur
struktural hanya akan mendapatkan tunjangan Rp 185.000,00 per bulan, namun bila
PNS menduduki jabatan struktural dengan eselon IIIb maka ia mendapatkan
tunjangan jabatan sebesar Rp 980.000,00 per bulan. Uang lembur dan Uang Harian
Kembali (UHK) yang didapatkan jika melakukan perjalanan dinas pun lebih besar
diperoleh pejabat struktural.
Dengan menduduki
suatu jabatan struktural seorang pegawai mendapatkan akses kemudahan memperoleh
fasilitas, misalnya kendaraan dinas, otoritas, kepanitiaan dalam kegiatan,
memiliki bawahan, dan sebagainya. Selain itu di tengah masyarakat seseorang
yang menyandang suatu jabatan masih mendapatkan tempat yang istimewa dan nama
yang harum. Secara sosial budaya penghargaan masyarakat lebih tinggi kepada status
seseorang dalam struktur pemerintahan daripada status-status formal lainnya.
Menurut pendapat
Muslim (2007: 52) ada beberapa alasan kenapa PNS cenderung ingin menjadi
pejabat struktural, yakni:
1. Eselonering
dalam jabatan struktural sangat menarik;
2. Jabatan
struktural menawarkan seseorang untuk menjadi pejabat pimpinan;
3. Evaluasi
pekerjaan dalam jabatan struktural tidak seketat jabatan fungsional;
4. Tunjangan
jabatan struktural jauh lebih tinggi;
5. Proyek-proyek
dapat meningkatkan penghasilan lain yang cukup besar;
6. Beban kerja
ringan.
Namun demikian
Muslim (2007: 54-56) menggarisbawahi pula beberapa kelemahan dalam jabatan
struktural, antara lain:
1. Tanggung jawab
dibentuk atas dasar loyalitas personal (atasan), bukan atas dasar keahlian;
2. Hubungan kerja
atasan dan bawahan yang terbentuk cenderung bersifat top-down dan
patron-client;
3. Tidak mendukung
kreativitas kerja pegawai;
4. Kecenderungan
terjadinya praktek-praktek primordialisme;
5. Kinerja pegawai
tidak dapat diukur secara tepat.
Dalam ilmu
manajemen, pejabat adalah manajer dari suatu organisasi. Manajer atau jabatan
tersebut kemudian dibagi dalam beberapa jenis yang berdasarkan level otoritas,
kewenangan, dan tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing jabatan yang
diemban oleh para manajer atau para pejabat tersebut. Stoner, Freeman, dan
Gilbert (dalam Azhari, 2011: 80) membagi pejabat berdasarkan tanggung jawab
yang diemban dalam organisasi sebagai berikut:
1. First Line (First Level) Managers
(pejabat/manajer pada level terdepan), yakni manajer/pejabat yang
bertanggungjawab terhadap pekerjaan karyawan/pegawai operasional saja dan tidak
memiliki bawahan manajer atau pejabat lain di bawahnya;
2. Middle Managers (pejabat menengah),
yakni mereka yang bertanggungjawab manajer/pejabat di atasnya dan membawahi
beberapa manajer/pejabat lini depan;
3. Top Managers (pejabat pada level
puncak), yakni pejabat yang bertanggungjawab pada keseluruhan aktivitas
organisasi yang dipimpinnya. Mereka menetapkan kebijakan operasional dan
pedoman interaksi organisasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan karakteristik tersebut
maka pembagian pejabat struktural pada pemerintah daerah (kabupaten/kota)
adalah sebagai berikut:
1. Pejabat
struktural eselon IV (misalnya kepala sub bagian pada sekretariat daerah,
kepala sub bidang pada badan, atau kepala seksi pada dinas) merupakan pejabat
level terdepan;
2. Pejabat
struktural eselon III (misalnya kepala bagian pada sekretariat daerah, kepala
bidang pada badan atau dinas) merupakan pejabat level menengah;
3. Pejabat
struktural eselon II (misalnya sekretaris daerah, kepala badan, atau kepala
dinas) merupakan pejabat pada level puncak.
Dengan demikian dalam tataran daerah
(kabupaten/kota), jabatan struktural eselon II merupakan jabatan yang paling
strategis karena merupakan puncak karir tertinggi dalam pemerintah daerah
maupun pimpinan teratas dalam satker. Jabatan ini terdiri dari eselon IIa yakni
sekretaris daerah dan eselon IIb yakni kepala satker (kepala badan, kepala
dinas, sekretaris DPRD, direktur RSUD, inspektur) termasuk pula staf ahli dan
asisten sekda.
Pemimpin sebagai
top manager memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan merupakan pekerjaan manajerial yang berarti memutuskan apa yang harus
dilakukan, bagaimana melakukan, siapa yang akan melakukan, dan bilamana akan
dilakukan. Dalam hal ini menetapkan sasaran, prioritas, strategi, struktur
formal, alokasi sumber daya, penunjukkan tanggung jawab dan pengaturan
kegiatan. Tujuannya adalah untuk memastikan pengorganisasian unit kerja yang
efisien, koordinasi kegiatan, penggunaan sumber daya secara efisien, serta
adaptasi kepada lingkungan yang berubah. Aspek yang paling penting dari
kebanyakan bentuk pengambilan keputusan adalah memutuskan bagaimana
mengalokasikan sumber-sumber daya di antara berbagai kegiatan sesuai kepentingannya
(Sartono, 2004: 97).
Namun dalam
prakteknya peran pimpinan dalam birokrasi belum bisa diandalkan. Sartono (2004:
90-92) mencatat terdapat beberapa fenomena kepemimpinan pada birokrasi publik
pada umumnya, antara lain:
Pertama,
pemimpin birokrasi publik dalam menjalankan roda birokrasi umumnya belum
digerakkan oleh visi dan misi, tetapi masih senantiasa digerakkan oleh
peraturan yang sangat kaku. Akibatnya pemimpin tidak dapat mengembangkan
potensi organisasi serta tidak mampu menyesuaikan dengan tuntutan lingkungan
eksternal dalam hal ini kebutuhan masyarakat.
Kedua, pemimpin
birokrasi publik senantiasa mengandalkan kewenangan formal yang dimilikinya.
Kekuasaan menjadi kekuatan dalam menggerakkan bawahan. Mereka kurang memahami
bawahan yang memiliki perbedaan karakteristik. Dalam kaitan ini, bilamana
seorang atasan mengenal karakter bawahannya, maka akan lebih mudah menggerakkan
atau memberikan motivasi yang tepat bagi karyawan. Dan dampaknya akan dapat
meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja pegawai.
Ketiga,
rendahnya kompetensi pemimpin birokrasi publik. Hal ini tidak terlepas dari
pola promosi yang kurang mempertimbangkan kompetensi pejabat yang akan
diangkat. Dalam birokrasi publik, promosi dilakukan atas dasar kepangkatan,
golongan, dan hasil penilaian kinerja melalui DP3. Sementara dengan
indikator-indikator tersebut tidak mampu menginformasikan kinerja pemimpin
secara objektif. Hal ini telah menghasilkan mekanisme pengangkatan pimpinan
yang kurang sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Kompetensi pemimpin tetap rendah
sekalipun eselon dan pangkatnya tinggi.
Keempat,
rendahnya kemampuan manajerial dalam mengolah sumber daya organisasi yang
dipimpinnya. Kemampuan manajerial sangat diperlukan oleh seorang pemimpin
terkait dengan perannya dalam melaksanakan fungsi manajemen.
Kelima,
lemahnya akuntabilitas pemimpin birokrasi karena tidak adanya transparansi
pertanggungjawaban publik atas apa yang telah dilakukan oleh birokrasi. Padahal
akuntabilitas ini penting dilakukan agar warga masyarakat dapat memberikan
kontrol dan koreksi kepada birokrasi. Sistem akuntabilitas yang dilakukan
hanyalah terbatas pada akuntabilitas administratif belaka.
D. EFEKTIFITAS MANAJEMEN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Dalam ranah
aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan pendidikan haruslah
berorientasi pada efektivitas (ketepatgunaan) terhadap segala aspek pendidikan
baik dalam pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif
syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang manajemen
pendidikan:
1. Manajemen Kurikulum
a) Mengupayakan
efektifitas perencanaan
b) Mengupayakan
efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
c) Mengupayakan
efektifitas pelaksanaan
d) Mengupayakan
efektifitas pengendalian/pengawasan
2. Manajemen Personalia
Manajemen ini
berkisar pada staff development (teacher development), meliputi
(Pengembangan Staff dan Guru):
a) Training
(Pelatihan)
b) Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP)
c) Inservice
Education (Intern Pendidikan/Pendidikan Lanjutan)
3. Manajemen Siswa
a) Penerimaan
Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
b) Pembinaan
Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan Program, Ekskul)
c) Pemberdayaan
OSIS
4. Manajemen Keuangan
Dalam keuangan
pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan pada prinsip:
efektivitas(ketepatgunaan), efisiensi (penghematan) dan pemerataan.
Dalam kaitannya
dengan uang dan pendidikan, pegawai administrasi sekolah memiliki tugas dan
harus bertanggung jawab dalam hal-hal sebagai berikut :
1) Hubungan
dengan masyarakat
2) Penyusunan
dan pengembangan rencana anggaran pengeluaran belanja sekolah (RAPBS)
3) Penataran
4) Pengaturan
pemasokan
5) Perencanaan
dan peningkatan fasilitas sekolah
6) Pelaksanaan
apa yang telah direncanakan
7) Evaluasi
dan pertanggung jawaban keuangan sekolah/laporan keuangan
5. Manajemen
Lingkungan
Urgensi manajemen
terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam merangkul seluruh pihak terkait
yang akan berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan pendidikan,
dan memberdayakan masyarakat sekitar sekolah.
Maksud hubungan
sekolah dan masyarakat adalah:
1). Untuk
mengembangkan pemahaman tentang maksud dan saran-saran dari sekolah,
2). Untuk menilai
program sekolah,
3). Untuk mempersarukan
orang tua murid dan guru dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik,
4). Untuk
mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan sekolah,
5). Untuk membangun
dan memelihara kepercayaan masyarakat,
6). Untuk
memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah,
7). Untuk
mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan program
sekolah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pendelegasian adalah
kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya / bawahannya untuk melaksanakan
bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan
memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat
melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan
hal hal yang didelegasikan.
Pendelegasian tidak
hanya melulu mencangkup pelimpahan pekerjaan pada bawahan, tapi juga harus
merupakan pembangunan iklim kerja berdasarkan kepercayaan serta merupakan
proses peningkatan motivasi kerja pegawai. Terasa sulit memang, namun bukan
berarti tidak dapat dipelajari.
Setiap pemimpin
yang baik perlu memahami serta menerapkan pendelegasian dengan penuh tanggung
jawab apabila ia menghendaki keberhasilan dalam kepemimpinannya. Pemimpin yang
baik akan memahami bahwa ia hanya dapat bekerja dengan baik apabila ia dapat
bekerja bersama dan bekerja melalui orang lain ( para bawahan ). Untuk
mewujudkan kerja sama ini, pemimpin dapat mewujudkannya melalui pendelegasian.
Manfaat Pendelegasian Wewenang
1. Manajer memiliki banyak
kesempatan untuk mencari dan menerima peningkatan tanggungjawab dari tingkatan
manajer yang tinggi
2. Memberikan keputusan yang lebih
baik
3. Pelimpahan yang efektif
mempercepat pembuatan keputusan
4. Melatih bawahan memikul
tanggungjawab, melakukan penilaian dan meningkatkan keyakinan diri serta
kesediaan untuk berinisiatif
Pada umumnya, manajer memiliki
tanggung jawab yang sama, yaitu melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, serta penyusunan staf. Namun dari sisi tingkat atau
level manajemen dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Administrative atau Top Level of Management
Top Level Management terdiri dari
Direksi (BOD) dan Chief Executive Officer (CEO). Chief Executive Officer juga
disebut General Manager (GM) atau Managing Director (MD) atau Presiden. Direksi
adalah wakil dari Pemegang Saham, yaitu mereka dipilih oleh Pemegang Saham
perusahaan. Demikian pula, Chief Executive Officer dipilih oleh Dewan Direksi
dari suatu organisasi.
Peran utama dari manajemen tingkat atas dapat
diringkas sebagai berikut:
–
Manajemen tingkat atas menentukan tujuan, kebijakan dan rencana organisasi.
–
Mereka memobilisasi (merakit dan membawa bersama-sama) sumber daya yang
tersedia.
– Manajemen tingkat atas kebanyakan bekerja
dari pemikiran, perencanaan dan memutuskan. Oleh karena itu, mereka juga
disebut sebagai Administrator dan Otak organisasi.
–
Mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam perencanaan dan pengorganisasian.
–
Mereka mempersiapkan rencana jangka panjang dari organisasi yang umumnya dibuat
untuk 5 sampai 20 tahun.
– Manajemen tingkat atas memiliki kewenangan
dan tanggung jawab maksimum. Mereka adalah otoritas atas atau akhir dalam
organisasi. Mereka bertanggung jawab langsung kepada Pemegang Saham, Pemerintah
dan Masyarakat Umum. Keberhasilan atau kegagalan organisasi sangat tergantung
pada efisiensi dan pengambilan keputusan.
– Mereka
membutuhkan lebih banyak keterampilan konseptual dan kurang dalam keterampilan
teknis.
2. Executive atau Middle Level of Management
Middle Level Management terdiri dari Kepala
Departemen (HOD), Manajer Cabang, dan Eksekutif Junior. Kepala Departemen
adalah Manajer Keuangan, Manajer Pembelian, dan lain-lain. Manajer Cabang
adalah kepala cabang atau unit lokal. Junior Eksekutif adalah Asisten Manajer
Keuangan, Asisten Manajer Pembelian, dan lain-lain. Manajemen tingkat Tengah
dipilih oleh Manajemen Tingkat Atas.
Manajemen tingkat menengah lebih menekankan
pada tugas sebagai berikut:
–
Manajemen tingkat menengah memberikan rekomendasi (saran) kepada manajemen
tingkat atas.
–
Menjalankan kebijakan dan rencana yang dibuat oleh manajemen tingkat atas.
– Mengkoordinasikan
kegiatan dari semua departemen.
–
Mereka juga harus berkomunikasi dengan manajemen tingkat atas dan manajemen
tingkat yang lebih rendah.
–
Mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam koordinasi dan berkomunikasi.
–
Mereka mempersiapkan rencana jangka pendek departemen mereka yang umumnya
dibuat untuk 1 sampai 5 tahun.
–
Manajemen Tingkat menengah memiliki keterbatasan wewenang dan tanggung jawab.
Mereka adalah perantara antara manajemen tingkat atas dan manajemen yang lebih
rendah.
–
Mereka bertanggung jawab langsung kepada CEO dan dewan direksi.
–
Memerlukan keterampilan lebih dalam manajerial dan teknis dan kurang dalam
keterampilan konseptual.
3. Supervisory atau Lower Level of Management
Low Level Management terdiri dari mandor
dan pengawas. Mereka dipilih oleh manajemen tingkat menengah. Disebut juga
tingkat Pengawas / Supervisor atau First Line of Management.
Manajemen tingkat yang lebih rendah melakukan
kegiatan sebagai berikut:
– Manajemen
tingkat rendah mengarahkan para pekerja / karyawan.
–
Mereka mengembangkan moral pada para pekerja.
–
Mereka memelihara hubungan antara pekerja dan manajemen tingkat menengah.
– Manajemen tingkat yang lebih rendah
menginformasikan para pekerja tentang keputusan yang diambil oleh manajemen.
Mereka juga menginformasikan manajemen tentang kinerja, kesulitan, perasaan,
tuntutan, dan lain-lain dari para pekerja.
–
Mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam mengarahkan dan mengendalikan.
–
Manajer tingkat yang lebih rendah membuat rencana harian, mingguan, dan
bulanan.
– Mereka memiliki kewenangan terbatas,tetapi
tanggung jawab penting untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan dari para
pekerja. Mereka secara teratur melaporkan dan bertanggung jawab langsung kepada
manajemen tingkat menengah.
–
Seiring dengan pengalaman dan manajemen dasar keterampilan, mereka juga
memerlukan keterampilan yang lebih teknis dan kemampuan berkomunikasi.
B. Saran
Adapun saran yang
dapat Saya berikan adalah sebagai berikut :
1. Melalui pembahasan
Pendelegasian Wewenang ini, diharapkan mahasiswa memahami arti Pendelegasian
Wewenang
2. Mahasiswa
diharapkan memahami tentang Pengertian Delegasi, Pendelegasian Wewenang.
3. Mahasiswa
diharapkan memahami dan menerapkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang
ideal dan yang di harapkan faham akan Pendelegasian Wewenang.
DAFTAR
PUSTAKA
Brown, Montague.
1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC
Kuntoro, Agus.
2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Potter dan Perry.
2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Suarli dan Bahtiar,
Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
http://intanaz-zahraassyadzili.blogspot.co.id/2011/12/pendelegasian-wewenang.html
http://anugrahsahid.blogspot.co.id/2015/02/level-management-dan-contoh-tugas.html
http://www.kompasiana.com/ronie85/tugas-dan-tanggung-jawab-organisasi-kitchen_54f35acc745513a42b6c70fc
http://wuriantos.blogspot.co.id/2015/05/jabatan-struktural-dalam-birokrasi.html#.Wb6hgHYjHIU
http://situsilmiah.blogspot.co.id/2011/04/urgensi-manajemen-pendidikan-makalah_06.html
https://www.erikgunawan.com/tingkatan-level-manajemen-top-middle-low-level-management/